Pengungsi Keturunan Uzbek Mulai Kembali ke Osh
OSH - Para pengungsi keturunan Uzbek yang meninggalkan kampung halamannya untuk menghindari serangan kelompok Kirgis mulai kembali ke kota Osh. Kondisi keamanan mulai normal.
Mereka yang terkatung-katung di dekat perbatasan Uzbekistan tersebut memilih pulang meski rumahnya telah rata dengan tanah. Associated Press melansir bahwa para pengungsi itu hanya berdiri dan melihat-lihat puing bangunan yang habis terbakar.
''Tadi malam suasana di Osh sudah mulai tenang dan damai. Kehidupan mulai kembali normal,'' ujar Wakil Perdana Menteri Interim Kirgis Azimbek Beknazarov kemarin (17/6).
Ratusan ribu warga keturunan Uzbek meninggalkan rumah mereka mencari perlindungan ke negara tetangga Uzbekistan setelah geng bersenjata dari etnis Kirgis menyerang kota Osh. Data terbaru pemerintah menyatakan, kerusuhan tersebut menewaskan setidaknya 191 orang dan melukai 1.800 lainnya.
Ribuan etnis Uzbek masih bertahan di perbatasan dan belum berani pulang. Mereka malah menunggu otoritas Uzbekistan membuka jalur perbatasan dan mengizinkan mereka menemui sanak keluarganya yang lebih awal tinggal di pengungsian.
Otoritas Uzbekistan memutuskan untuk menutup jalur perbatasan tiga hari lalu. Mereka kewalahan menampung lebih dari 100 ribu pengungsi. Mereka hanya mengizinkan pengungsi yang sakit dan terluka memasuki kamp pengungsian untuk mendapat perawatan.
Kemarin kali pertama bantuan darurat internasional diterima pengungsi. Palang Merah Internasional menyatakan, krisis kemanusiaan akibat kerusuhan etnis di Kirgistan telah meluas.
Dari wilayah perbatasan Uzbekistan, para pengungsi mulai mendiami ratusan tenda yang didirikan badan-badan PBB, seperti UNHCR dan UNICEF. Uzbekistan menyatakan telah menerima lebih dari 75 ribu pengungsi akibat kerusuhan etnis di negara tetangganya itu. Sedangkan 200 ribu pengungsi telah dikembalikan ke wilayah Kirgistan.
Saat ini sekitar seribu pengungsi mendiami tenda-tenda. Di tenda itu pekerja kemanusiaan menyerahkan pakaian dan selimut. Namun, ribuan bantuan yang lain akan diserahkan kepada pengungsi di kamp sementara yang dibangun pemerintah Uzbek.
Para pengungsi menyatakan putus asa dan membutuhkan cadangan makanan pasca meninggalkan tempat tinggal mereka lima hari lalu. ''Pertama, kami perlu pakaian dan obat-obatan, khususnya untuk anak-anak. Sebab, saat kami mengungsi, kami hanya bisa melarikan diri tanpa sempat membawa apa pun,'' tutur Halima Otajonova, 41, ibu dua anak yang tinggal di kamp pengungsian di Stadion Uzbek di kota Khanabad. ''Bahkan, banyak di antara kami yang lari dengan telanjang kaki,'' tandasnya.
Dua pesawat yang membawa ratusan tenda dari UNHCR telah tiba di Uzbekistan. Sementara empat pesawat lainnya dijadwalkan tiba akhir pekan ini.
Sebuah pesawat berisi bantuan dari Komisi Palang Merah Internasional, antara lain selimut, terpal, peralatan masak, dan sabun, juga sudah mendarat di Kirgistan Selatan dan Timur. ''Ini adalah krisis kemanusiaan besar,'' ujar Severine Chappaz, wakil kepala ICRC di Kirgistan, seperti dilansir Agence France-Presse.
Para pengungsi, baik di perbatasan Kirgistan maupun Uzbekistan khawatir akan terjadinya kekerasan dan pemerkosaan oleh militer Kirgistan seperti yang terjadi pada kerusuhan 1990-an. Etnis Uzbek menyatakan, militer berupaya mengusir etnis Uzbek keluar dari wilayah Kirgistan. (cak/c4/dos)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar