Selasa, 22 Juni 2010

sekolah

AKADEMI MINYAK DAN GAS BUMI (AKAMIGAS), CEPU
[ print data kampus | beritahu teman ]

Jenis Perguruan Tinggi : Kedinasan
A l a m a t : Jl. Sorogo No.1, Cepu, Kab. Blora, Jawa Tengah 58312
Telepon : 0296 - 21888
Nama Rektor : Ir. Namida Suparyono, M.Sc.
Profil Akademi Minyak dan Gas Bumi (AKAMIGAS), Cepu

Jumlah Mahasiswa : 408
Jumlah Dosen Tetap : 119
Jumlah Dosen Lulusan S2 : 13
Jumlah Dosen Lulusan S3 : 3
Luas Kampus : 43.552
Koleksi Perpustakaan : 108.960 judul, eksemplar, luas 1.522 m2
Laboratorium : 7.900 m2

Fasilitas Lain : Ruang kuliah (9.935 m2), ruang dosen (200 m2), ruang kantor/administrasi (2.480 m2), ruang aula (1.488 m2), asrama mahasiswa (17.046 m2), ruang olahraga (1.445 m2), ruang studio (150 m2), ruang komputer (1.150 m2), ruang penelitian/pengabdian pada masyarakat (3.280 m2), ruang serbaguna (2.096 m2), masjid (1.445 m2, gereja (350 m2).

Program Studi

1.Jurusan Produksi :
- Program Studi Produksi (D1, D2, D3)

2.Jurusan Pengolahan:
- Program Studi Pengolahan (D1, D2, D3)

3.Jurusan Teknologi Gas:
- Program Studi Teknologi Gas (D1, D2)

4.Jurusan Laboratorium Pengolahan:
- Program Studi Laboratorium Pengolahan (D1, D2)

5.Jurusan Utilities:
- Program Studi Utilities (D1, D2)

6.Jurusan Teknologi Mesin Lapangan:
- Program Studi Teknologi Mesin Lapangan (D1, D3)

7.Jurusan Teknologi Mesin Kilang:
- Program Studi Teknologi Mesin Kilang (D1, D2, D3)

8.Jurusan Teknologi Listrik Perminyakan:
- Program Studi Teknologi Listrik Perminyakan (D2, D3)

9.Jurusan Instrumen dan Elektro:
- Program Studi Instrumen dan Elektro (D1, D2, D3)

10.Jurusan Pembekalan Dalam Negeri:
- Program Studi Pembekalan Dalam Negeri (D1, D2, D3)

11.Jurusan Fire dan Safety:
- Program Studi Fire dan Safety (D1, D2, D3)




perbatasan

PERBATASAN
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai sekitar 81.900 kilometer, memiliki wilayah perbatasan dengan banyak negara baik perbatasan darat (kontinen) maupun laut (maritim). Batas darat wilayah Republik Indonesia berbatasan langsung dengan negara-negara Malaysia, Papua New Guinea (PNG) dan Timor Leste. Perbatasan darat Indonesia tersebar di tiga pulau, empat Provinsi dan 15 kabupaten/kota yang masing-masing memiliki karakteristik perbatasan yang berbeda-beda. Demikian pula negara tetangga yang berbatasannya baik bila ditinjau dari segi kondisi sosial, ekonomi, politik maupun budayanya. Sedangkan wilayah laut Indonesia berbatasan dengan 10 negara, yaitu India, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Republik Palau, Australia, Timor Leste dan Papua Nugini (PNG). Wilayah perbatasan laut pada umumnya berupa pulau-pulau terluar yang jumlahnya 92 pulau dan termasuk pulau-pulau kecil. Beberapa diantaranya masih perlu penataan dan pengelolaan yang lebih intensif karena mempunyai kecenderungan permasalahan dengan negara tetangga.
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM-Nasional 2004-2009) telah menetapkan arah dan pengembangan wilayah Perbatasan Negara sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional. Pembangunan wilayah perbatasan memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan misi pembangunan nasional, terutama untuk menjamin keutuhan dan kedaulatan wilayah, pertahanan keamanan nasional, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat di wilayah perbatasan.  Paradigma baru, pengembangan wilayah-wilayah perbatasan adalah dengan mengubah arah kebijakan pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi “inward looking”, menjadi “outward looking” sehingga wilayah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Pendekatan pembangunan wilayah Perbatasan Negara menggunakan pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) dengan tidak meninggalkan pendekatan keamanan (security approach). Sedangkan program pengembangan wilayah perbatasan (RPJM Nasional 2004-2009), bertujuan untuk : (a) menjaga keutuhan wilayah NKRI melalui penetapan hak kedaulatan NKRI yang dijamin oleh Hukum Internasional; (b) meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dengan menggali potensi ekonomi, sosial dan budaya serta keuntungan lokasi geografis yang sangat strategis untuk berhubungan dengan negara tetangga. Disamping itu permasalahan perbatasan juga dihadapkan pada permasalahan keamanan seperti separatisme dan maraknya kegiatan-kegiatan ilegal.
Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2005 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2006 (RKP 2006) telah pula menempatkan pembangunan wilayah perbatasan sebagai prioritas pertama dalam mengurangi disparitas pembangunan antarwilayah, dengan program-program antara lain : Percepatan pembangunan prasarana dan sarana di wilayah perbatasan, pulau-pulau kecil terisolir melalui kegiatan : (i) pengarusutamaan DAK untuk wilayah perbatasan, terkait dengan pendidikan, kesehatan, kelautan dan perikanan, irigási, dan transportasi, (ii) penerapan skim kewajiban layanan publik dan keperintisan untuk transportasi dan kewajiban layanan untuk telekomunikasi serta listrik pedesaan; Pengembangan ekonomi di wilayah Perbatasan Negara; Peningkatan keamanan dan kelancaran lalu lintas orang dan barang di wilayah perbatasan, melalui kegiatan : (i) penetapan garis batas negara dan garis batas administratif, (ii) peningkatan penyediaan fasilitas kapabeanan, keimigrasian, karantina, komunikasi, informasi, dan pertahanan di wilayah Perbatasan Negara (CIQS); Peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah yang secara adminstratif terletak di wilayah Perbatasan Negara.
Komitmen pemerintah melalui kedua produk hukum ini pada kenyataannya belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya karena beberapa faktor yang saling terkait, mulai dari segi politik, hukum, kelembagaan, sumberdaya, koordinasi, dan faktor lainnya.
Sebagian besar wilayah perbatasan di Indonesia masih merupakan daerah tertinggal dengan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi yang masih sangat terbatas. Pandangan dimasa lalu bahwa daerah perbatasan merupakan wilayah yang perlu diawasi secara ketat karena menjadi tempat persembunyian para pemberontak telah menjadikan paradigma pembangunan perbatasan lebih mengutamakan pada pendekatan keamanan dari pada kesejahteraan.  Sebagai wilayah perbatasan di beberapa daerah menjadi tidak tersentuh oleh dinamika sehingga pembangunan dan masyarakatnya pada umumnya miskin dan banyak yang berorientasi kepada negara tetangga. Di lain pihak, salah satu negara tetangga yaitu Malaysia, telah membangun pusat-pusat pertumbuhan dan koridor perbatasannya melalui berbagai kegiatan ekonomi dan perdagangan yang telah memberikan keuntungan bagi pemerintah maupun masyarakatnya.  Demikian juga Timor Leste, tidak tertutup kemungkinan dimasa mendatang dalam waktu yang relatif singkat, melalui pemanfaatan dukungan internasional, akan menjadi negara yang berkembang pesat, sehingga jika tidak diantisipasi provinsi NTT yang ada di perbatasan dengan negara tersebut akan tetap tertinggal.
Dengan berlakunya perdagangan bebas baik ASEAN maupun internasional serta kesepakatan serta kerjasama ekonomi baik regional maupun bilateral, maka peluang ekonomi di beberapa wilayah perbatasan darat maupun laut menjadi lebih terbuka dan perlu menjadi pertimbangan dalam upaya pengembangan wilayah tersebut.  Kerjasama sub-regional seperti AFTA (Asean Free Trade Area), IMS-GT (Indonesia Malaysia Singapura Growth Triangle), IMT-GT (Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle), BIMP-EAGA (Brunei, Indonesia, Malaysia, Philipina-East Asian Growth Area) dan AIDA (Australia Indonesia Development Area) perlu dimanfaatkan secara optimal sehingga memberikan keuntungan kedua belah pihak secara seimbang. Untuk melaksanakan berbagai kerjasama ekonomi internasional dan sub-regional tersebut Indonesia perlu menyiapkan berbagai kebijakan dan langkah serta program pembangunan yang menyeluruh dan terpadu sehingga Indonesia tidak akan tertinggal dari negara-negara tetangga yang menyebabkan sumberdaya alam yang tersedia terutama di wilayah perbatasan akan tersedot keluar tanpa memberikan keuntungan bagai masyarakat dan pemerintah.  Sarana dan prasarana ekonomi dan sosial yang dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan kerjasama bilateral dan sub-regional perlu disiapkan. Penyediaan sarana dan prasarana ini tentunya membutuhkan biaya yang sangat besar, oleh karena itu diperlukan penentuan prioritas baik lokasi maupun waktu pelaksanaannya.
Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan ini diharapkan dapat memberikan prinsip-prinsip pengembangan wilayah Perbatasan Negara sesuai dengan karakteristik fungsionalnya untuk mengejar ketertinggalan dari daerah di sekitarnya yang lebih berkembang ataupun untuk mensinergikan dengan perkembangan negara tetangga. Selain itu, kebijakan dan strategi ini nantinya juga ditujukan untuk menjaga atau mengamankan wilayah Perbatasan Negara dari upaya-upaya eksploitasi sumberdaya alam yang berlebihan, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun yang dilakukan dengan dorongan kepentingan negara tetangga, sehingga kegiatan ekonomi dapat dilakukan secara lebih selektif dan optimal.

ALAM

KERUSUHAN ETNIS

Pengungsi Keturunan Uzbek Mulai Kembali ke Osh
Kirgistan Mulai Normal

OSH - Para pengungsi keturunan Uzbek yang meninggalkan kampung halamannya untuk menghindari serangan kelompok Kirgis mulai kembali ke kota Osh. Kondisi keamanan mulai normal.

Mereka yang terkatung-katung di dekat perbatasan Uzbekistan tersebut memilih pulang meski rumahnya telah rata dengan tanah. Associated Press melansir bahwa para pengungsi itu hanya berdiri dan melihat-lihat puing bangunan yang habis terbakar.

''Tadi malam suasana di Osh sudah mulai tenang dan damai. Kehidupan mulai kembali normal,'' ujar Wakil Perdana Menteri Interim Kirgis Azimbek Beknazarov kemarin (17/6).

Ratusan ribu warga keturunan Uzbek meninggalkan rumah mereka mencari perlindungan ke negara tetangga Uzbekistan setelah geng bersenjata dari etnis Kirgis menyerang kota Osh. Data terbaru pemerintah menyatakan, kerusuhan tersebut menewaskan setidaknya 191 orang dan melukai 1.800 lainnya.

Ribuan etnis Uzbek masih bertahan di perbatasan dan belum berani pulang. Mereka malah menunggu otoritas Uzbekistan membuka jalur perbatasan dan mengizinkan mereka menemui sanak keluarganya yang lebih awal tinggal di pengungsian.

Otoritas Uzbekistan memutuskan untuk menutup jalur perbatasan tiga hari lalu. Mereka kewalahan menampung lebih dari 100 ribu pengungsi. Mereka hanya mengizinkan pengungsi yang sakit dan terluka memasuki kamp pengungsian untuk mendapat perawatan.

Kemarin kali pertama bantuan darurat internasional diterima pengungsi. Palang Merah Internasional menyatakan, krisis kemanusiaan akibat kerusuhan etnis di Kirgistan telah meluas.

Dari wilayah perbatasan Uzbekistan, para pengungsi mulai mendiami ratusan tenda yang didirikan badan-badan PBB, seperti UNHCR dan UNICEF. Uzbekistan menyatakan telah menerima lebih dari 75 ribu pengungsi akibat kerusuhan etnis di negara tetangganya itu. Sedangkan 200 ribu pengungsi telah dikembalikan ke wilayah Kirgistan.

Saat ini sekitar seribu pengungsi mendiami tenda-tenda. Di tenda itu pekerja kemanusiaan menyerahkan pakaian dan selimut. Namun, ribuan bantuan yang lain akan diserahkan kepada pengungsi di kamp sementara yang dibangun pemerintah Uzbek.

Para pengungsi menyatakan putus asa dan membutuhkan cadangan makanan pasca meninggalkan tempat tinggal mereka lima hari lalu. ''Pertama, kami perlu pakaian dan obat-obatan, khususnya untuk anak-anak. Sebab, saat kami mengungsi, kami hanya bisa melarikan diri tanpa sempat membawa apa pun,'' tutur Halima Otajonova, 41, ibu dua anak yang tinggal di kamp pengungsian di Stadion Uzbek di kota Khanabad. ''Bahkan, banyak di antara kami yang lari dengan telanjang kaki,'' tandasnya.

Dua pesawat yang membawa ratusan tenda dari UNHCR telah tiba di Uzbekistan. Sementara empat pesawat lainnya dijadwalkan tiba akhir pekan ini.

Sebuah pesawat berisi bantuan dari Komisi Palang Merah Internasional, antara lain selimut, terpal, peralatan masak, dan sabun, juga sudah mendarat di Kirgistan Selatan dan Timur. ''Ini adalah krisis kemanusiaan besar,'' ujar Severine Chappaz, wakil kepala ICRC di Kirgistan, seperti dilansir Agence France-Presse.

Para pengungsi, baik di perbatasan Kirgistan maupun Uzbekistan khawatir akan terjadinya kekerasan dan pemerkosaan oleh militer Kirgistan seperti yang terjadi pada kerusuhan 1990-an. Etnis Uzbek menyatakan, militer berupaya mengusir etnis Uzbek keluar dari wilayah Kirgistan. (cak/c4/dos)

alam semesta

jamur

Selama ini jamur tiram dibudidayakan di dataran tinggi dalam skala besar. Namun, ternyata jamur tiram adaptif di dataran rendah seperti Jakarta dan sekitarnya. Produksinya pun tak beda jauh dengan di dataran tinggi. Besar kumbung bisa disesuaikan dengan luas tanah yang ada. Trubus mengundang Anda untuk mengikuti pelatihan budidaya jamur tiram hingga cara mengolahnya langsung dengan ahlinya.
Materi
  • Memilih strain tiram
  • Kiat pilih baglog yang ideal
  • Membuka cincin baglog
  • Budidaya jamur tiram
  • Menembus pasar tiram
  • Cara olah jamur tiram
  • Kunjungan lapangan
Biaya
  • Member Trubus Online, Rp1.250.000/orang
  • Umum, Rp1.350.000/orang.
Biaya termasuk makalah pelatihan, rehat kopi, makan siang, biaya kunjungan ke farm jamur tiram. Biaya tidak termasuk transpor dari dan ke tempat pelatihan

Keterangan lebih lanjut hubungi:
Suci atau Devi
Telp 021-8729 060, 8770 1748, HP. 0813 1603 4009 Faks. 021-872 9059 E-mail: pelatihan@trubus-online.co.id This e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it
Pembayaran, transfer ke BCA Cab. Samanhudi a.n. Trubus Swadaya No. rekening 4770100009.